PEMANFAATAN TANAMAN DAUN MURBEI SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Seminar Studi Pustaka
PEMANFAATAN TANAMAN DAUN MURBEI SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Oleh :
FADLY HIDAYAT ILYAS
I 111 11 004

 








FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan peternakan ternak ruminansia adalah suplai secara konsisten sumber pakan yang murah tetapi mempunyai nilai nutrisi tinggi. Namun demikian, di negara tropis seperti Indonesia ketersediaan pakan secara kontinyu baik kualitas dan kuantitas masih terkendala terutama pada saat musim kemarau.  Hal ini ditambah  dengan kurang tersedianya lahan khusus untuk penggembalaan ternak. Ternak ruminansia umumnya diusahakan secara terintegrasi dengan lahan tanaman pangan ataupun tanaman tahunan. Untuk ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba peternak masih memberikan pakan segar dimana untuk sumber rumput diperoleh dari pinggir jalan, pinggir sungai, pinggir waduk, tegalan galengan sawah, ataupun di hutan.    
Tidak menentunya tempat persediaan sumber rumput menyebabkan berfluktuasinya ketersediaan dalam jumlah dan kualitas sumber pakan yang terjadi sepanjang tahun.  Hal ini akan berpengaruh pada produktivitas ternak yang pada gilirannya berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh.  Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi pemberian pakan berbasis pakan lokal dan meningkatkan penggunaannya.
Salah satu nutrien yang memenuhi tingkat produktivitas ternak ruminansia adalah protein.  Selanjutnya dinyatakan oleh (Saricicek, 2000), bahwa ternak dengan tingkat produksi tinggi (tumbuh kembang, bunting dan laktasi) membutuhkan lebih banyak pasokan protein asal pakan.  Untuk mencukupi kebutuhan protein biasanya cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan suplementasi pakan konsentrat, namun sumber pakan konsentrat biasanya mahal dan tidak terjangkau oleh peternak.  Oleh karena itu, perlu dicari alternatif sumber protein pakan yang terjangkau dan tersedia sepanjang tahun.
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk menggunakan hijuauan bukan leguminosa seperti tanaman murbei sebagai sumber pakan ternak ruminansia.  Ketertarikan ini antara lain disebabkan oleh potensi produksi hijuan, palatabilitas dan nilai nutrisinya (Sanchez, 2002).  Tanaman murbei tersebar di seluruh dunia dan dapat bertahan pada berbagai kondisi iklim.  Tanaman murbei dapat hidup pada iklim tropis, sub tropis maupun iklim temperate sehingga murbei dapat dianggap sebagai tanaman universal karena kemampuannya tumbuh dimana saja pada berbagai iklim yang bervariasi (Datta dkk, 2002).  Hal inilah yang melatar belakangi tentang kualitas nutrisi hijuan murbei dan pemanfaatannya sebagai suplemen pakan domba dan kambing.








B.     Permasalahan
Permasalahan yang di hadapi adalah kurangnya ketersediaan pakan secara kontinyu baik kualitas dan kuantitas pada musim kemarau.  Maka perlu mencari pakan alternatif yang berkualitas dan berkarakteristik tinggi salah satunya adalah tanaman murbei.






























PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Umum Daun Murbei
Murbei (Morus sp) merupakan tanaman asli dari daerah utara Cina namun  sekarang telah dibudidaya di berbagai tempat baik daerah dengan iklim subtropis  maupun tropis.  Tanaman ini tergolong tanaman yang cepat tumbuh, berumur  pendek dan memiliki tinggi 10-20 m (Pratama dan Widiantoro, 2011).  Tanaman murbei dapat dilihat pada gambar 1 :
                     
Gambar 1. Daun murbei( Morus sp.)
Menurut Sunanto (1997), murbei dikenal dengan nama umum sebagai  besaran (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali), kertu (Sumatera Utara), gertu  (Sulawesi), kitaoc (Sumatera Selatan), kitau (Lampung), moerbei (Belanda), mulberry (Inggris), gelsa (Italia) dan murles (Perancis).  Berdasarkan morfologi bunga genus Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis yang kemudian ditambah dengan lima jenis lagi.  Murbei pada dasarnya mempunyai bunga kelamin tunggal, meskipun kadang-kadang juga berkelamin rangkap (Atmosoedarjo dkk., 2000).  
  
Di Indonesia,  produksi Murbei dapat mencapai 15-17 Ton BK/Ha/Tahun, dengan masa panen 2-3 bulan dengan luas lahan mencapai 10.000 ha.  Sedangkan di negara-negara lain seperti Cina lahan murbei mencapai 626.000 ha, di India lahan murbei mencapai 280.000 ha, di Thailand lahan murbei sekitar 35.000 ha, dan di Brazil 35.000 ha.  Ini menunjukkan bahwa produktivitas murbei cukup tinggi dan daya adaptasi tumbuhan ini cukup baik karena mampu tumbuh subur di berbagai negara dengan kondisi suhu yang berbeda (Sunarto, 1997).
Tumbuhan yang sudah dibudidayakan ini menyukai daerah yang cukup  basa seperti dilereng gunung, tetapi pada tanah yang berdrainase baik kadang ditemukan tumbuh liar. Tanaman murbei memiliki tinggi sekitar 10 m,  percabangan banyak, cabang muda berambut halus, daun tunggal, letak berseling,  bertangkai yang panjangnya 4 cm.  Helai daun bulat telur sampai berbentuk  jantung ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi pertulangan menyirip agak  menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5-20 cm, lebar 1,5-12 cm, warnanya hijau.  Bunga majemuk bentuk tandan keluar dari ketiak daun, mahkota  bentuk taju warnanya putih. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan  rasanya enak, tumbuhan ini dibudidayakan karena daunnya digunakan untuk  makanan ulat sutra (Silk, 2008).
Satu pohon tanaman murbei terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna yang terpisah.  Murbei berbunga sepanjang tahun.  Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak.

Buah muda warnanya hijau, setelah masak menjadi hitam. Biji kecil, warna hitam.  Tumbuhan ini dibudidayakan selain karena daunnya digunakan untuk makanan ulat sutera dapat pula digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia (Sunarto, 1997).
Tanaman murbei tersebar di seluruh dunia dan dapat bertahan pada berbagai kondisi iklim.  Tanaman murbei dapat hidup pada iklim tropis, sub tropis maupun iklim temperate, dapat bertahan dengan curah  hujan 400 – 4500 mm/tahun.  Meskipun kondisi optimum pertumbuhan murbei pada suhu 18 – 30°, akan tetapi tanaman murbei dapat bertahan pada suhu 48°C atau di bawah 0°C sehingga murbei dapat dianggap sebagai tanaman universal karena kemampuannya tumbuh dimana saja pada berbagai iklim yang bervariasi (Datta dkk., 2002).
Menurut Datta (2002), tanaman murbei dapat tumbuh pada kisaran kelembaban ideal 60 – 80% dan dapat ditanam di ketinggian sampai 1000 m di atas permukaan laut. Di daerah dengan curah hujan yang  rendah, pertumbuhannya terhambat karena adanya stress kekurangan air.  Di daerah iklim tropis murbei tumbuh dengan lama sinar matahari 9 – 13 jam/hari.
Klasifikasi murbei adalah sebagai berikut (Sunanto, 1997) :
Divisi               : Spermatophyta
Sub-divisi        : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledoneae
Ordo                 : Urticalis
Famili              : Moraceae
Genus               : Morus
Spesies            : Morus sp
B. Kandungan nutrisi daun murbei
Kandungan nutrien daun murbei meliputi 22-23% PK, 12- 18% mineral, 35% ADF, 45.6% NDF, 10-40% hemiselulosa, 21.8% selulosa (Datta dkk, 2002).  Sedangkan menurut Machii dkk (2000),  kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20.4% merupakan salah satu indikator bahwa daun murbei memiliki  kualitas yang baik sebagai bahan pakan. Kualitas daun murbei yang tinggi juga  ditandai oleh Kandungan asam aminonya yang lengkap (Singh., 2002).  Komposisi nutrien tanaman murbei dapat dilihat pada tabel 1.
 Tabel 1. Komposisi nutrien tanaman murbei
Kandungan Nutrien Murbei
Rataan (%)



a
b
Kadar air
85,47
70-80
Kadar abu
10,92
10
Serat kasar
10,52
25
Lemak kasar
2,89
-
Protein kasar
18,43
25
BETN
57,24
-
Selulosa
-
50
Hemiselulosa
-
20
lignin
-
20
Sumber :a.Hasil analisis proksimat Laboratorium Biologi Hewan,    Pusat   Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor (dikutip oleh Syahrir dkk, 2009).
      b.Huo, (1997).



Berbagai macam faktor mempengaruhi komposisi kimia hijaun murbei diantaranya jarak tanam (Boschini, 2002), umur tanaman, frekuensi pemotongan (Almaida Dan Fonseca, 2002; Boschini, 2002).   Rendahnya kandungan serat dan tingginya kandungan protein serta kecernaan in vitro bahan kering dapat menjustifikasi kedepannya untuk mengevaluasi penggunaan tanaman murbei sebagai komponen pakan berkualitas dalam ransum. Nilai nutrisi tanaman murbei dibanding hijauan leguminosa yang lain yang biasa dipakai sumber protein hijauan dalam pakan ruminansia bahwa tanaman murbei mempunyai kecernaan bahan organik yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein sekaligus sebagai sumber energi, Yulistiani ,dkk  (2008),  menyatakan bahwa komposisi kimia tanaman murbei baik batang, daun maupun tanaman keseluruhan sangat bervariasi.
C.Pemanfaatan tanaman daun murbei sebagai pakan ternak ruminansia.
Umumnya tanaman murbei dikaitkan dengan budidaya ulat sutera untuk produksi sutera.  Domestikasi murbei sudah dimulai ribuan tahun yang lalu untuk memenuhi kebutuhan pakan pada pemeliharaan ulat sutera.  Namun hanya bagian daun yang muda yang dimanfaatkan untuk pakan ulat sutera, sedangkan sisa produksi yang lain (hijauan dan kotoran ulat sutera) diberikan pada ternak.  Namun belakangan ini ketertarikan pemanfaatan tanaman murbei (batang muda dan daun) sebagai pakan ternak meningkat sehubungan dengan nilai nutrisinya yang tinggi (Sanchez, 2002).

Tanaman murbei mempunyai nilai nutrisi yang sebanding dengan sumber hijauan legumonisa pohon yang lain dalam kemampuannya mensuplai ammonia untuk mikroba rumen.
 Hal ini sangat diperlukan dalam mensintesa protein mikroba yang pada gilirannya dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pakan pada kambing dan domba yang diberi pakan dasar berkualitas rendah seperti limbah pertanian.
Tanaman murbei sangat disukai ternak ruminansia seperti kambing, domba maupun sapi dan kerbau dapat diberikan dalam keadaan segar  atau kering diproses dalam bentuk tepung daun.  Hijauan murbei dilaporkan oleh Singh dan Makkar (2002),  tidak mengandung tannin ataupun kandungan tanninnya kecil sekali atau dapat diabaikan sehingga pemberian tanaman murbei dalam bentuk segar ataupun kering mempunyai pengaruh yang sama.  Peningkatan kecernaan pakan karena suplementasi hijauan murbei berefek pula pada peningkatan produktivitas kambing ataupun domba yang pakannya disuplementasi hijauan murbei.
D.Kebutuhan protein pada ternak ruminansia.
Protein adalah senyawa organik komplek yang mempunyai berat molekul tinggi. Protein mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein mengandung nitrogen Hampir lima puluh persen dari berat kering suatu sel hewan adalah protein. (Tillman dkk, 1991). Fungsi protein dalam tubuh adalah membangun dan menjaga atau memelihara protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan asam-asam amino makanan, menyediakan enegi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan,menyediakan sumber gula darah, sumber glikogen darah, sumber enzyme tubuh, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakan bangunan dasar untuk setidak-tidaknya satu vitamin B komplek, menyediakan komponen tertentu dari DNA, RNA dan ATP (Tillman dkk, 1991).
Untuk mencukupi kebutuhan protein biasanya cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan suplementasi pakan konsentrat, namun sumber pakan konsentrat biasanya mahal dan tidak terjangkau oleh peternak.  Oleh karena itu, perlu dicari alternatif sumber protein pakan yang terjangkau dan tersedia sepanjang tahun. Beberapa hijauan leguminosa pohon dan semak pada umumnya mempunyai kandungan protein yang tinggi (20 – 30% BK) (leng, 1997). Pada akhir akhir ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk menggunakan hijuauan bukan leguminosa seperti hijuan murbei sebagai sumber pakan ternak ruminansia.
Suplementasi hijauan murbei didapatkan kenaikan bobot badan harian sebesar 55 g/ekor/hari.  Hasil ini menunjukan bahwa sumber protein dari bungkil yang biasanya mahal dapat digantikan oleh hijauan murbei yang murah dan tersedia di pedesaan.  Pada kambing perah peningkatan pemberian BK hijauan murbei bobot badan nyata meningkatkan produksi susu dari 1,84 ke 2,1 kg/ekor/hari (Yulistiani dkk, 2007).






PENUTUP
Kesimpulan
Hijauan murbei mempunyai nilai nutrisi yang tinggi hijauan murbei dapat menggantikan bahan pakan konsentrat yang umumnya mahal harganya. Suplementasi hijauan murbei pada pakan domba maupun kambing dapat meningkatkan kenaikan bobot badan harian domba dan meningkatkan produksi susu pada kambing perah.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pemberian daun murbei sebelum diberikan kepada ternak ruminansia  khusunya ternak Kambing dan Domba












DAFTAR PUSTAKA
Almeida DE, J.E. And Fonseca, T.C. 2002. Mulberry Germplasm And Cultivation In Brazil. In Mulberry For Animal Production, Ed. M.D.  SANCHEZ. Pp. 73–95. FAO Animal Production And Health Paper. No. 147. Rome.
Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya. Jakarta.
Boschini, C.F. 2002. Nutritional quality of mulberry cultivated for ruminant feeding. In Mulberry for Animal Production, ed. M.D. SANCHEZ. pp.171–181. FAO Animal Production and Health Paper. No. 147. Rome.

Datta, R. K., A. Sarkar, P. R. M. Rao, and N. R. Singhvi. 2002. Utilization of mulberry as animal fodder in India. Dalam: M. D. Sanchez (Editor). Mulberry for animal production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma: FAO Animal Production and Health Paper 147: 183-188.
Huo, Y.K., 1997. Progress and Prospect of Sericulture in Guangdong. Indian Silk.
Leng, R.A. 1997. Tree Foliage in Ruminant Nutrition. Animal Production and Health Paper. No. 139. FAO Rome, Italy.

Machii, H. A, Koyama, and H. Yamanouchi. 2000. Mulberry Breeding, Cultivation and Utilization in Japan. National Institute of Sericultural and Entomological Science. Owashi. Japan.
Pratama, N.R. dan Widiyantoro, A. 2011. Murbei (Morus alba L). CCRC Farmasi UGM. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklo pedia-tanaman-anti-kanker/ensiklopedia-4-2/murbei-morus-alba-l/(diakses pada tanggal 16 April 2015).
Sanchez, M. D. 2002. World distribution and utilization of mulberry and its potential foranimal feeding. In Mulberry for Animal Production. ed. M.D. SANCHEZ. pp. 1–9. Animal Production and Health Paper, No. 147. FAO Rome, Italy.

Silk, B.J. 2008. Khasiat Daun Murbei (Morus alba L). http://ariefjais. blogspot.com/2008/03/khasiat-murbei.html (diakses pada tanggal 16 April 2015).
Singh, B., dan H. P. S. Makkar. 2002. The potential of mulberry foliage as a feed supplement in India. Di dalam : Sánchez MD. Editor. Mulberry for animal production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. J. Of. FAO. Anim. Prod. And Health Paper. 147: 139-156.
Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei & Usaha Pesutraan Alam. Kanisius.   Yogyakarta.
Syahrir, S. 2009. Potensi Daun Murbei Dalam Meningkatkan Nilai Guna Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi Potong [disertasi]. Bogor : Program Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yulistiani, D., Z.A. Jelan And J.B. Liang. 2008. Degradability Of Mulberry (Morus Alba) And Rice Bran In The Rumen Of Sheep Fed Different Diets. Jitv 13(4): 264 – 272.

Yulistiani, D., Z.A. Jelan, J.B. Liang, H. Yaakub And N. Abdullah. 2007. Response Of Sheep Fed Urea-Treated  Rice Straw Based Diet To Mulberry (Morus Sp.) Foliage And Mulberry Plus Leucaena Leaves Supplements. Proc. Of The 28th Msap Annual Conference. 29 – 31 May 2007, Kuching, Malaysia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsumsi Protein Kasar Dan Serat Kasar Kambing Yang Mendapat Pelet Pakan Komplit Berbasis Tongkol Jagung Dengan Level Tepung Rese Berbeda

Manfaat perjalanan adventure